Penanggulangan Radikalisme bagi Calon Pekerja Migran Indonesia
8 jam lalu
Salah satu ikhtiar yang bisa dilakukan untuk menangkal masuknya ideologi radikal adalah memberikan literasi karakter bangsa bagi calon PMI.
***
Kesempatan bekerja di luar negeri hingga saat ini masih menjadi pilihan bagi generasi muda yang baru lulus SMA/SMK karena peluang pekerjaan di negara sendiri kurang mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat Indonesia. Banyak penduduk Indonesia memilih bekerja menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) di luar negeri dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan dibandingkan dengan bekerja di tanah air.
Namun, kesempatan kerja tersebut tidak akan optimal apabila terdapat persoalan yang menimpa mereka. Salah satu hal yang banyak dihadapi PMI di luar negeri adalah culture shock atau keterkejutan budaya, yaitu suatu kondisi seseorang mengalami goncangan mental dan jiwa, yang disebabkan adanya ketidaksiapan dalam menghadapi kebudayaan asing dan baru. Dalam keadaan tertentu, culture shock ini dapat menyebabkan seseorang sulit mengenali apa yang wajar dan tidak wajar, terkadang juga bercampur dengan kebencian moral dari budaya baru tersebut.
Seperti diberitakan beberapa waktu lalu, sejumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI( di beberapa negara menjadi sorotan, karena aksi-aksi mereka menimbulkan keresahan, seperti yang terjadi di Jepang, Taiwan, Korea Selatan, dan Singapura. Sederetan peritiwa yang dilakukan PMI di negara lain tersebut patut menjadi perhatian penting dan mencari upaya meredam aksi serupa.
Komunitas PMI merupakan struktur jaringan yang sangat tepat untuk melakukan sosialisasi dan edukasi berbagai pandangan ideologi. Hal itu pula yang membuat jejaring PMI ini kerap ditunggangi oleh kepentingan ideologis lain. Keterbatasan pengetahuan PMI tentang dinamika sosial yang terjadi di tanah air maupun di negara tenpat mereka bekerja menjadikan mereka sasaran empuk masuknya paham radikalisme.
Salah satu ikhtiar yang bisa dilakukan untuk menangkal masuknya ideologi radikal adalah memberikan literasi karakter bangsa bagi calon PMI. Hal ini penting dilakukan karena bagi mereka, beradaptasi di negara tujuan merupakan hal yang cukup sulit, walaupun mereka tidak memiliki beban kehidupan. Sebenarnya, banyak komunitas PMI yang melakukan berbagai kegiatan seperti pengajian rutin, arisan, menjalin silaturrahim sesama perantau demi meluapkan rasa rindu terhadap kampung halamannya. Namun, disisi lain, komunitas PMI juga dimanfaatkan sebagai basis jaringan untuk melakukan sosialisasi dan edukasi berbagai pandangan ideologi, seperti pemikiran-pemikiran negatif, perasaan yang kurang sehat yang mudah meresap ke dalam jiwa PMI. Apalagi para PMI ini memiliki keterbatasan pendidikan, pengetahuan sehingga mereka menjadi sasaran empuk masuknya paham radikalisme.
Selain itu, media sosial yang mudah diperoleh di negara tujuan sebenarnya menjadi ruang yang efektif untuk melepas lelah dari bekerja, melampiaskan rasa kesepian karena jauh dari keluarga serta mencari solusi dari permasalahan hidup yang dialami di negara perantauan, namun dalam kenyataannya media sosial juga dijadikan sebagai media untuk melakukan perilaku tidak terpuji, bahkan tidak jarang digunakan sebagai jaringan radikalisme.
Berdasarkan realitas dan persoalan tersebut, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Terbuka (PKM-UT) yang terdiri dari Mohammad Imam Farisi dan Pardamean Daulay melaksanakan kegiatan PKM di salah satu lembaga penyelenggara dan pengirim tenaga magang ke Jepang, yaitu Lembaga Pelatihan & Keterampilan (LPK) Yayasan Mirai Nusantara. LPK ini sudah berdiri sejak tahun 2001, dan telah berhasil mengirimkan tenaga magang ke Jepang sebanyak 500 orang yang tersebar di berbagai sektor pekerjaan seperti konstruksi, pertanian, permesinan, dan pabrik. Untuk mendukung programnya, LPK Mirai Nusantara telah bekerjasama dengan 10 asosiasi penempatan tenaga kerja yang berada di Jepang.
Selama kegiatan PKM, para peserta yang umumnya lulusan SMK diberikan materi sajian oleh Tim PKM UT, juga dibekali dengan Buku Saku “Penanggulangan Radikalisme Melalui Literasi Karakter Bangsa”. Sajian dan Panduan berisikan tentang: 1) faktor-faktor yang menyebabkan pekerja migran rentan terhadap radikalisme; 2) peran literasi karakter bangsa dalam meningkatkan kesadaran pekerja migran dalam upaya pencegahan radikalisme; 3) rekomendasi dan pedoman implementatif terhadap penguatan nilai karakter bangsa bagi calon pekerja magang; dan 4) lembaga atau institusi yang dapat membantu PMI dalam menghadapi potensi radikalisasi.
Melalui kegiatan abdimas ini diharapkan para calon pekerja migran yang akan berangkat ke Jepang paham literasi Karakter Bangsa sehingga dapat menanggulangi tumbuhkembangnya paham radikalisme, dan mengurangi kejahatan yang terjadi di negara lain tempat mereka bekerja dan mencari kehidupan.
Penulis: Mohammad Imam Farisi & Pardamean Daulay.
Kata Kunci: pekerja migran Indonesia, literasi, karakter bangsa, radikalisme.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler